Jumat, 06 Mei 2016

#7 Unsur-Unsur Intrinsik Novel

#7 unsur intrinsik novel adalah pokok utama pembahasan yang akan dijelaskan pada artikel bahan pelajaran bahasa indonesia dibawah ini. Adapun kata dari novel yang berasal dari bahasa Italia yakni "novella" yang mempunyai arti yakni sebuah kisah atau sepotong/sepenggal berita, sehingga pengertian novel yaitu sebuah karya fiksi prosa yang kemudian ditulis secara naratif dan biasanya disajikan dalam bentuk berupa cerita.

Penulis novel disebut dengan novelis. Pada sebuah novel, didalamnya terdapat dua unsur yang sifatnya membangun atau membentuk novel itu sendiri. Adapun #2 unsur novel tersebut yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Apa itu unsur intrinsik dan ekstrinsik pada novel sanggup di jelaskan menyerupai berikut :

1. Unsur intrinsik novel

Unsur intrinsik novel yaitu unsur pada novel yang sifatnya membangun dari dalam novel itu sendiri.

2. Unsur ekstrinsik novel

Unsur ekstrinsik novel yaitu unsur pada novel yang sifatnya membangun dari luar novel itu sendiri.

Akan tetapi, pada klarifikasi artikel ini hanya akan membahas dan akan fokus pada unsur intrinsik yang terdapat pada novel.
 pokok utama pembahasan yang akan dijelaskan pada artikel bahan pelajaran bahasa indonesi #7 Unsur-Unsur Intrinsik Novel

#7 Unsur-Unsur Intrinsik Novel

Sama menyerupai dongeng lainnya, novel mempunyai unsur-unsur pembentuk yakni menyerupai tema, alur / ploat, pernokohan atau perwatakan, sudut pandang / titik pandang, fokus, latar / suasana, bunyi / nada serta prabayang dan penegangan. Berikut dibawah ini yaitu unsur-unsur pembentuk novel yang dijelaskan sebagai berikut :


1. Tema

Didalam sebuah dongeng niscaya mempunyai suatu tema. Tema adalah inti dari apa yang ingin di sampaikan oleh pengarang kepada pembaca melalui jiwa sudut ceritanya, yang mana jiwa tersebut di wujudkan dalam bentuk santunan wadah yang berupa rangkaian-rangkaian insiden atau kejadian.

Adapun rangkaian-rangkaian suatu insiden atau insiden disebut dengan alur (plot). Dengan makna lain bahwa rentetan dari rangkaian-rangkaian peristiwa/kejadian yang saling terkait guna mendukung tema yang akan di sampaikan penulis. Didalam tema novel, setiap insiden atau insiden didalam dongeng kemudian disampaikan dengan cara monolog ataupun obrolan oleh insan yang mempunyai satu unit titik puncak dan anti klimaks.

Klimaks dan anti titik puncak pada dongeng yang panjang jumlahnya ada banyak. Kumpulan dari unit-unit insiden atau insiden sanggup dijadikan menjadi satu potongan tanpa menghilangkan kelanjutan (kontinuitas) dari potongan dongeng / insiden / insiden sebelumnya yang telah terjadi.

2. Alur (ploat)

Alur atau disebut juga dengan ploat yaitu suatu liku-liku sebuah insiden atau insiden yang di ketemukan dan dikaitkan kedalam suatu insiden pokok dengan insiden pokok lainnya, sehingga sanggup menjadikan insiden satu dengan insiden lainnya saling berafiliasi dan bersifat logis.

Plot mempunyai sifat yang mengikat jalannya suatu cerita, sehingga plot mempunyai titik puncak dan anti titik puncak yang berdasarkan dari kekerabatan antar insiden satu dengan insiden yang lain. Plot juga sanggup lebih berkembang apabila insan terdapat lebih dari satu yang menjadi sentra yang dikisahkan dalam cerita.

Adapun didalam plot terdapat menyebarkan macam jenis berdasarkan dari urutan waktu, letak puncak insiden dan berdasarkan pada rapat-renggangnya kekerabatan insiden / insiden satu dengan lainnya. Berikut penjelasannya :

a. Plot berdasarkan urutan waktunya
1. Alur Maju (Alur Kronologis)
Alur maju atau disebut juga dengan alur kronologis yaitu insiden atau insiden yang waktunya berurutan. Contoh alur maju (alur kronologis) yakni setahun yang lalu, sebulan yang lalu, seminggu yang kemudian dan hari ini.

2. Alur Mundur (Sorot Balik)
Alur mundur atau disebut juga dengan sorot balik yaitu insiden atau insiden yang waktunya disusun tidak secara lurus atau dengan kata lain alur yang tidak berdasarkan berdasarkan urutan dari waktu.

Contoh Alur mundur (sorot balik) yakni “kakek Boediono duduk sambil melamun di beranda rumah, kemudian dia teringat insiden masa lalu. Jepang melaksanakan kerja paksa (rodi) menciptakan terowongan dan rel antar kota. Setelah itu dongeng dilanjutkan kembali ke masa sekarang”.

b. Plot berdasarkan letak puncak peristiwanya
1. Urutan Klimaks
Urutan titik puncak yaitu suatu insiden atau insiden yang dimulai dari hal yang biasa-biasa dan kemudian menjadi semakin menonjol dan atau menjadi tegang. Adapun insiden yang menjadi puncak ujung dongeng yang mengakhiri dongeng tersebut.

Contoh urutan titik puncak yakni “ Pada ketika heningnya malam hari, dikala semua orang tidur terlelap dan di barengi dengan rintik hujan yang menciptakan tidur semakin pulas, tiba-tiba terdengar teriakan “Maling-Maling!”. Seluruh orang terbangun dan segera keluar melihat apa yang terjadi. Dan yang terjadi yaitu orang yang teriak maling tersebut telah dikeroyok kawanan maling yang jumlahnya banyak hingga babak belur dan menciptakan warga galau dan takut hingga melaporkan insiden tersebut kepihak yang berwajib”.

2. Urutan Antiklimaks
Urutan antiklimaks yaitu suatu insiden atau insiden yang dimulai dari hal yang paling menonjol atau insiden yang sangat tegang dan kemudian dongeng tersebut berakhir dengan insiden yang biasa-biasa saja.

Contoh urutan antiklimaks yakni “ Pada ketika heningnya malam hari, dikala semua orang tidur terlelap dan di barengi dengan rintik hujan yang menciptakan tidur semakin pulas, tiba-tiba terdengar teriakan “Gempa, Gempa !”. Seluruh orang terbangun dan segera keluar melihat apa yang terjadi. Dan yang terjadi yaitu orang yang teriak gempa tersebut ternyata sedang tertidur pulas di pos kamling hingga mengigau pos diguncang gempa. Ia tidak sadar dibangunkan oleh rekan jaga nya. Orang-orang pun hanya tertawa sekaligus sedikit kaget dan kembali ke rumah masing masing dan melanjutkan tidurnya”.

c. Plot berdasarkan rapat–renggangnya kekerabatan insiden / insiden yang satu dengan yang lainnya
1. Alur Dramatik ( Alur Rapat)
Alur dramatik atau disebut juga dengan alur rapat yaitu sebuah alur dongeng yang tidak sanggup disisipkan oleh insiden / insiden diluar dari alur dongeng utama.

2. Alur Renggang (Alur Panoramik)
Alur renggang atau disebut juga dengan alur panoramik yaitu sebuah alur dongeng yang sanggup disisipkan oleh insiden / insiden diluar dari alur dongeng utama dan alur ini kebalikan dari alur dramatik. Walau terdapat banyak alur dongeng dari masing-masing tokoh akan tetapi simpulan dari dongeng sanggup menjadi alur yang menyatu (satu kesatuan dari alur masing-masing tokoh) yang menciptakan dongeng tersebut menjadi bervarian. Itulah #3 macam jenis plot yang terkandung dalam novel.

3. Pernokohan (perwatakan)

Pernokohan atau perwatakan yaitu sifat dari abjad suatu tokoh pemain film dalam sebuah cerita. Adapun didalam perwatakan pada sebuah cerita, terdapat #3 cara untuk mengenalkan tabiat atau sifat langsung dari tokoh tersebut yakni sebagai berikut :

a. Pengarang menyebutkan tabiat tokohnya.
b. Pengarang menggambarkan tabiat tokohnya dalam tingkah laris dari pelaku menyerupai gerak-gerik, tindakan dan reaksi pelaku atas suatu insiden atau insiden maupun pelaku terhadap orang lain.
c. Pengarang menggambarkan tabiat tokohnya dalam ucapan dan percakapan pelaku menyerupai percakapan obrolan pelaku dengan pelaku lainnya ataupun ucapan dari pelaku tersebut mengenai pelaku lainnya yang ada didalam cerita.

4. Sudut pandang (titik pandang)

Sudut pandang atau disebut juga dengan titik pandang yaitu sebuah perspektif dari mana dongeng tersebut di ceritakan atau dikisahkan. Sudut pandang (titik pandang) ini juga mempunyai daya tarik yang berpengaruh didalam suatu cerita.

Sudut pandang (titik pandang) yang pokok (utama) yaitu orang pertama, serba tahu dan fikirannya di hanyutkan sehingga pada sudut pandang (titik pandang) dalam suatu dongeng akan di ceritakan dan dikisahkan dengan tokoh yang akan menyebutkan dirinya sendiri dengan kata “Saya” atau “Aku”.

Dengan sudut pandang menyerupai yang telah disebutkan diatas, maka penulis (pengarang cerita) bercerita dengan dia sebagai pelaku utama atau sebagai tokoh utama dalam dongeng tersebut dan bukan sebagai dalang dari cerita.

5. Fokus cerita

Fokus dongeng yaitu titik sebuah dongeng atau dengan kata lain sentra dari dongeng yang diungkapkan secara jelas. Contoh fokus dongeng yakni “perjalanan menuju kota Makassar dengan memakai pesawat dari kota Balikpapan. Sehingga yang menjadi fokus dongeng yaitu mengenai diri saya, mengenai rombongan dan atau mengenai perjalanan itu sendiri didalam dongeng tersebut.

6. Latar (suasana)


Latar atau disebut juga dengan suasana yaitu latar belakang (background) pada suatu dongeng yang didalam penyajiannya seharusnya tidak pernah diketahui atau belum pernah difikirkan oleh pembaca yang sanggup memunculkan rasa sangat ingin tahu perihal dongeng tersebut dan sanggup memperlihatkan suasana gres juga terhadap dongeng tersebut.

7. Nada (suara)

Nada atau disebut juga dengan bunyi yaitu orang yang bercerita mengenai dongeng tersebut, atau dengan kata lain disebut dengan penutur. Nada bunyi ini sangatlah penting didalam sebuah cerita, alasannya yaitu sanggup mensugesti cara bagaimana pembaca menafsirkan dongeng yang sedang dibacanya tersebut dengan baik dan benar.

Demikian pembahasan mengenai #7 Unsur-Unsur Intrinsik Novel.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar